Siapa yang suka dateng ke pameran lukisan? Gua pernah dateng ke pameran lukisan waktu jaman masih kuliah dulu, tapi itu semata-mata demi menunaikan tugas kuliah. Setelah itu, hampir dipastikan ga pernah lagi ke pameran lukisan. Ya kecuali pameran lukisan yang ada di mall ya, kalo yang bener-bener ke galeri kayaknya hampir ga pernah. Dibilang ga suka ya ga juga. Gua suka sama lukisan, tapi cuma sampe tahap suka doang, bukan yang suka banget. Gimana dengan si suami?
Kira-kira dua minggu lalu, kami ngelewatin Galeri Nasional Indonesia di daerah Gambir, dan si suami ngeliat ada spanduk bertuliskan "PAMERAN LUKISAN Koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia" dan dia langsung tertarik buat dateng. Gua juga jadi ikut penasaran sih, karena lukisan-lukisan yang dipajang di Istana pasti bukan lukisan sembarangan. Apalagi umur lukisannya uda tua banget, alias uda dibuat dari jaman Soekarno.
Kebetulan banget kemaren begitu pulang gereja, gua dan suami ada waktu luang buat ke Galeri Nasional Indonesia. Tanpa Jayden tentunya. Gua tau ada bagusnya memang mengenalkan seni pada anak sejak dini, tapi dengan kalimat "koleksi istana" rasanya pameran ini bukan tempat yang tepat buat Jayden. Apalagi Jayden itu suka jumpalitan sana-sini, kalo tau-tau lukisannya rusak, gua dan suami bisa repot. Jadi mau ga mau kami pergi tanpa Jayden. Itung-itung ngedate berdua suami ya, hahaha.
Source picture from here.
Begitu nyampe, kami langsung registrasi dan harus nitipin tas. Yang boleh dibawa ke ruang pameran cuma dompet dan HP. Bahkan kunci mobil pun harus dimasukin ke tas. Lalu tangan kami dicap tulisan "Senandung Ibu Pertiwi" dan kami langsung menuju ke ruang pameran. Sebelum masuk ke dalem, kami diperiksa lagi. Kali ini periksanya kayak di bandara-bandara gitu. Bukan yang cuma asal periksa doang. Bahkan dompet kami pun juga disuruh buka buat dicek. Mungkin karena koleksi istana kali ya, jadi pemeriksaannya ketat banget.
Pinjem tangan si suami. Gua suka sama judulnya "Senandung Ibu Pertiwi".
Masuk-masuk, kami langsung disuguhkan dengan layar gede yang menampilkan satu lukisan. Kata si suami, lukisan itu gede banget. Dan saking gedenya ampe ga bisa dibawa ke galeri, makanya ditampilin via layar doang.
Ini lukisannya. Perkawinan Adat Rusia karya Konstantin Egorovich Makovsky.
Pameran kali ini feelnya emang beda banget. Dari awal ampe selesai, banyak banget lukisan yang bikin kami kagum. Bukan cuma sekedar kagum karena bagus, tapi kagum karena keliatan banget mereka melukis dengan hati. Apalagi ada beberapa lukisan yang kayaknya bikin mata kami memandanginya terus. Mata tuh kayak ga bisa lepas. Dan ini beberapa koleksinya yang kami suka.
Jalan Di Tepi Sawah karya S. Seojono Ds. Ga tau kenapa, tapi begitu ngeliat ini hati kayaknya adem banget.
Ninggalin jejak dulu.
Harimau Minum karya Raden Saleh. Si suami suka sama yang ini.
Kali ini si suami yang ninggalin jejak.
Wanita Berkebaya Hijau karya M. Thamdjidin. Begitu pertama ngeliat, gua langsung mikir...gila ini cewe cantik banget.
Perempuan Berkebaya Kuning karya Sumardi. Menurut si suami, ini yang kedua paling cantik.
Lalu ada satu lukisan lagi yang begitu diliat kami langsung.....WOW! Si suami malah ampe merinding segala ngeliatnya.
Njai Roro Kidul karya Basoeki Abdullah. Kalian harus ngeliat langsung di tempat, feelnya pasti beda.
Tim merah putih ninggalin jejak dulu.
Selain pemeran lukisan, di tembok juga ditampilin beberapa tulisan berisi penjelasan-penjelasan. Bukan penjelasan lukisannya, tapi penjelasan secara keseluruhan. Ada satu yang gua suka banget bacanya...
Keliatan ga? Gua tulis ulang ya...
Lukisan-lukisan pemandangan alam yang cukup banyak menghiasi Istana Kepresidenan Republik Indonesia, terutama Istana Negara/Merdeka di Jakarta, Istana Bogor, dan Cipanas, berawal dari koleksi karya seni Presiden Sukarno. Ternyata, banyak di antara lukisan yang ada di koleksi itu dapat digolongkan sebagai Mooi Indie atau Hindia Molek.
Namun tentunya bagi Sang Presiden lukisan-lukisan pemandangan itu tidak semata-mata memperlihatkan keindahan alam Indonesia semata. Lukisan-lukisan yang menggambarkan alam di berbagai wilayah itu menjadi representasi visual dari kekayaan alam serta budaya masyarakat daerah tersebut. Melalui lukisan-lukisan pemandangan alam inilah Presiden Sukarno membayangkan visinya tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang gagasannya telah disampaikan dalam pidatonya di depan sidang Anggota Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai), 1 Juni 1945.
Maka manakah yang dinamakan tanah tumpah darah kita, tanah air kita? Menurut geopolitik, maka Indonesialah tanah air kita. Indonesia yang bulat, bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja, atau Selebes saja, atau Ambon saja, atau Maluku saja, tetapi segenap kepulauan yang ditunjuk oleh Allah menjadi suatu kesatuan antara dua benua dan dua samudra, itulah tanah air kita!
Keren ga? Gua merinding loh bacanya. Makanya sedih banget kalo sampe ada golongan-golongan tertentu yang ingin merusak keutuhan NKRI.
Tempat-tempat seperti ini bisa jadi alternatif buat ngedate loh. Selain gratis dan menambah wawasan, kalian juga bisa ngobrol hal-hal yang lain dari biasanya. Kayak gua dan suami, selama disana ga ada tuh ngomongin masalah anak, hahaha. Yang ada obrolan kami ga jauh-jauh dari lukisan. Jauh lebih berbobot dari obrolan kami biasanya, hahaha. Buat yang penasaran pengen dateng, pamerannya masih ada sampe 30 Agustus 2017.
Kami keluar dari ruang pemaren pas jam 8 malam. Dan sebelum pulang, gua ninggalin jejak dulu.
Niatnya foto-foto cantik ala selebgram gitu, tapi apa daya, gua ga bisa bergaya, jadi foto ala kadarnya, hahaha.
Pulang dari sana, kami mampir ke warung indomie di deket rumah. Abis bingung mau makan apa dan dimana, uda aja deh makan indomie, hahaha.
Indomie Kuah Creamy. Alias indomie pake susu. Not bad sih, tapi ga terlalu special.
Indomie Kuah Telor Asin. Gua ga terlalu suka.
Bonus foto :
#OOTD mommy dan Jayden ke gereja. Anaknya mutung ga mau difoto, makanya mulutnya manyun gitu, hahaha.
keren ih, jd pengen kesana..
ReplyDeleteYahh telat taunyaaa..
ReplyDelete